Menjaga Masa Depan dari Meja Makan: SPPG 3T Polri Hadir di TTU
Pembangunan SPPG 3T Polri di TTU menegaskan peran Polri dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis melalui intervensi gizi yang terukur bagi anak-anak dan kelompok rentan. Kehadiran SPPG ini menjadi langkah strategis menekan stunting sekaligus memperkuat kualitas sumber daya manusia di wilayah 3T.
Tribratanewsttu; Haulasi TTU, (29/12/2025) - Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Nusa Tenggara Timur (NTT), Brigjen Pol Baskoro Tri Prabowo, S.I.K., M.H., menghadiri acara peletakan Batu Pertama (Groundbreaking) pembangunan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) 3T Polri di Desa Haulasi Kecamatan Miomaffo Timur Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Senin (29/12).
Kegiatan ini menunjukan keterlibatan Polri dalam ruang kebijakan sosial yang selama ini identik dengan sektor kesehatan dan pendidikan, yakni pemenuhan gizi masyarakat, khususnya anak-anak.
Brigjen Pol Baskoro Tri Prabowo menegaskan bahwa SPPG Polri merupakan bentuk dukungan konkret terhadap program nasional Makan Bergizi Gratis.

“SPPG Polri merupakan realisasi dukungan Polri terhadap program pemerintah di bidang Makan Bergizi Gratis, sebagai wujud nyata upaya menurunkan stunting dan meningkatkan kecerdasan anak,” ujar Wakapolda NTT dalam sambutannya.
Persoalan stunting memang masih menjadi pekerjaan besar secara nasional. Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan prevalensi stunting Indonesia masih berada di atas 20 persen, sementara target pemerintah adalah 14 persen.
Di Nusa Tenggara Timur, angka stunting secara konsisten berada di atas rata-rata nasional, menjadikannya salah satu provinsi dengan tantangan gizi paling serius.
IPM Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan, tetapi ketimpangan antarwilayah masih terasa tajam; Di wilayah Tertinggal, Terpencil, dan Terluar (3T), termasuk sebagian daerah di NTT, IPM masih berada pada kategori menengah ke bawah. Rendahnya kualitas kesehatan dan pendidikan menjadi faktor penentu, yang akarnya sering kali bermula dari masalah gizi sejak usia dini.

Wakapolda mengungkapkan bahwa di Kabupaten TTU terdapat 4.303 penerima manfaat SPPG Polri terutama anak-anak dan kelompok rentan gizi. Angka tersebut menunjukkan bahwa intervensi gizi tidak lagi bersifat simbolik, melainkan terukur.
Kehadiran SPPG 3T Polri menandai perluasan makna keamanan yang tidak hanya dimaknai sebagai ketiadaan gangguan kamtibmas, tetapi juga sebagai kondisi sosial yang memungkinkan warga tumbuh sehat, cerdas, dan produktif.
Peletakan batu pertama SPPG Polri di Desa Haulasi menjadi pengingat bahwa pembangunan manusia tidak pernah berdiri jauh dari urusan sehari-hari. Dari piring makan, kualitas kesehatan, capaian pendidikan, hingga nilai IPM perlahan dibentuk.**wm**


